Pengeluaran konsumsi terdiri atas konsumsi pemerintah (government consumption) dan konsumsi
rumah tangga/masyarakat. Pengeluaran konsumsi rumah tangga memiliki porsi
terbesar dalam total pengeluaran agregat. Berbeda dengan konsumsi pemerintah
yang bersifat eksogenus, konsumsi rumah tangga bersifat endogonus. Dalam arti,
besarnya konsumsi rumah tangga berkaitan erat dengan faktor-faktor lain yang
dianggap mempengaruhinya. Karena itu kita dapat menyusun teori dan model
ekonomi yang menghasilkan pemahaman tentang hubungan tingkat konsumsi dengan
faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Teori dan model tersebut dikenal
sebagai teori dan model konsumsi.
Perkembangan
masyarakat yang begitu cepat menyebabkan perilaku- perilaku konsumsi juga
berubah cepat. Hal ini merupakan alasan lain yang membuat studi tentang
konsumsi rumah tangga tetap relevan. Ini dibuktikan dengan munculnya
teori-teori konsumsi yang lebih baru, terutama karena mempertimbangkan unsur
ketidakpastian, menggunakan model dinamis, dan peralatan analisis ekonometrika.
Pada dasarnya
faktor utama yang mempengaruhi tingkat konsumsi masyarakat adalah pendapatan,
dimana korelasi keduanya bersifat positif, yaitu semakin tinggi pendapatan maka
konsumsinya juga makin tinggi.
Keputusan
menunda konsumsi sumber daya atau bagian penghasilan demi meningkatkan
kemampuan menambah atau menciptakan nilai hidup di masa mendatang merupakan investasi.
Dalam bahasa yang lebih filosofis, segala sesuatu yang dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan menciptakan nilai kegunaan hidup adalah investasi. Jadi investasi
bukan hanya dalam bentuk fisik melainkan juga non fisik, terutama peningkatan
kualitas sumber daya manusia (SDM).
TEORI
KONSUMSI
1. Teori Keynes ( Keynesian Consumption Model )
Setidak-tidaknya ada empat teori konsumsi yang perlu
dipelajari agar dapat mengikuti perkembangan teori-teori mutakhir. Salah satu
diantaranya adalah yang diajukan oleh John Maynard Keynes.
Pendekatan Keynes
Buku
The General Theory of Employment, Interest and Money ( teori umum mengenai
kesempatan kerja ,suku bunga dan uang). Yang
ditulis oleh seorang ekonom inggris john
Maynard Keynes, telah mendorong revolusi perekonomian. Setelah penerbitannya ditahun 1936, buku itu menawarkan suatu alternatif terhadap teori perekonomian teori klasik yang
berdasar pada pasar persaingan , harga yang fleksibel, dan peran terbatas
pemerintah. Sebenarnya ,teori Keynes
memberikan landasan bagi pemerintah untuk berperan lebih aktif. Teori
Keynes yang meliputi tulisan- tulisan
Keynes dan para pengikutnya mempunyai tiga
karakteristik :
- Tingkat harga umum dalam ekonomi
dianggap kaku atau tidak fleksibel kebawah . Perubahan dalam pendapatan atau output (GNP) adalah sama dengan perubahan
pengeluaran nyata.
- Tingkat keseimbangan GNP dapat
terjadi bila sumber – sumber tidak
diperkerjakan sepenuhnya . Dengan demikian, depresi besar pada tahunb
1930-an dapat dilihat sebagai suatu equilibrium, atau keadaan tetapi, daripada sebagai periode transisi koreksi diri.
- Kapasitas produksi suatu bangsa menentukan potensi GNP-nya, akan tetapi tingkat GNP yang sebenarnya ditentukan oleh pengeluaran keseluruhan (C+I)
Hubungan
Pendapatan Disposible dan Konsumsi
Keynes
menjelaskan bahwa konsumsi saat ini ( current consumption ) sangat dipengaruhi
oleh pendapatan disposibel saat ini ( current disposible income ). Menurut
keynes,ada batas konsumsi minimal tidak tergantung tingkat pendapata. Artinya,
tingkat konsumsi tersebut harus dipenuhi, walaupun tingkat pendapatan sama
dengan nol. Itulah yang disebut dengan konsumsi otonomus (autonomous
consumption ). Jika pendapatan disposible meningkat, maka konsumsi juga akan
meningkat. Hanya saja peningkatan konsumsi tersebut tidak sebesar peningkatan
pendapatan disposible.
C = C0 + b Yd
dimana :
C = Konsumsi
C0
= Konsumsi otonomus
b = marginal propensity to consume (MPC)
Yd = Pendapatan disposible
0
< b < 1
Sebagai tambahan penjelasan, perlu diberikan beberapa catatan
mengenai fungsi konsumsi Keynes tersebut diatas :
1. Merupakan variabel riil/nyata , yaitu bahwa
fungsi konsumsi Keynes menunjukkann hubungan antara pendapatan dengan
pengeluaran konsumsi yang keduanya dinyatakan dengan menggunakan tingkat harga
konstan, bukan hubungan antara pendapatan nominal dengan pengeluaran konsumsi
nominal.
2. Merupakan pendapatan yang terjadi ( current
income ) bukan pendapatan yang diperoleh sebelumnya, dan bukan pula pendapatan
yang diperkirakan terjadi di masa datang ( yang diharapkan ).
3. Merupakan pendapatan absolut , bukan
pendapatan relatif atau pendapatan permanen, sebagaimana dikemukakan oleh ahli
ekonomi lainnya.
Kecenderungan Mengonsumsi Marjinal ( Marginal
Prospensity to Income )
Kecenderungan
mengonsumsi marjinal (MPC) adalah konsep yang memberikan gambaran tentang
berapa konsumsi akan bertambah jika pendapatan disposibel bertambah satu unit.
MPC = C
Yd
Angka MPC
juga tidak mungkin negatif, dimana jika pendapatan disposibel terus meningkat,
konsumsi terus menurun samapai nol (tidak ada konsumsi).
Kecenderungan Mengonsumsi Rata-Rata
Kecenderungan mengonsumsi rata-rata (Average
Propensity to Consume, disingkat APC) adalah rasio antara konsumsi total
dengan pendapatan disposabel total.
APC = C
Yd
Karena besarnya MPC < 1, maka APC < 1
Hubungan
Konsumsi dan Tabungan
Pendapatan
disposibel yang diterima rumah tangga sebagian besar digunakan untuk konsumsi,
sedangkan sisanya ditabung, Dengan demikian kita dapat menyatakan :
Yd = C + S
dimana :
S =
tabungan (saving)
Kita juga
dapat mengatakan setiap tambahan penghasilan disposibel akan dialokasikan untuk
menambah konsumsi dan tabungan. Besarnya tambahan pendapatan disposibel yang
menjadi tambahan tabungan disebut kecenderungan menabung marjinal (
Marginal Prospensity to Save disingkat MPS ). Sedangkan rasio antara tingkat tabungan dengan pendapatan
disposibel disebut kecenderungan menabung rata – rata (Average Prospensity to
Save, disingkat APS)
2 Model Konsumsi Siklus Hidup
Model
konsumsi siklus hidup ( Life Cycle Hypothesis), dikembangkan oleh Franco
Modigliami, Albert Ando dan Richard Brumberg. Model ini berpendapat bahwa
kegiatan konsumsi adalah kegiatan seumur hidup. Model siklus hidup ini membagi
perjalanan hidup manusia menjadi tiga periode :
a. Periode Belum Produktif
b. Periode Produktif
c. Periode Tidak Produktif Lagi
3. Hipotesis Pendapatan Permanen
Di 1957, Milton Friedman
menyatakan hipotesis
pendapatan-permanen (permanent-income hypothesis) untuk
menjelaskan perilaku konsumen.Esensinya adalah konsumsi saat ini proporsional
terhadap pendapatanpermanen. Hipotesis pendapatan-permanen Friedman melengkapi
hipotesis daur-hidup Modigliani: keduanya menggunakan teori konsumen Fisher
untuk menyatakan bahwa konsumsi sebaiknya tidak bergantung pada pendapatan saat
ini saja.
Tapi tak seperti hipotesis daur-hidup, yang menekankan bahwa pendapatan mengikuti
pola reguler selama hidup seseorang, hipotesis pendapatan-permanen menekankan
bahwa orang mengalami perubahan
acak dan temporer dalam pendapatan mereka daritahun ke tahun.Friedman
menyarankan kita memandang pendapatan saat ini Y sebagai jumlah dari dua
komponen, pendapatan permanen (permanent
income) YP dan pendapatan
transitoris (transitory income) YT.
Tingkat konsumsi mempunyai
hubungan proporsional dengan pendapatan permanen ( permanent income)
C = λ Yp . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Di mana :
C =
konsumsi, Yp = pendapatan permanen, λ =
faktor proporsi, (k. > 0)
Pendapatan permanen adalah tingkat pendapatan rata – rata yang ekspektasi/diharapkan
dalam jangka panjang. Sumber pendapatan itu berasal dari pendapatan
upah/gaji (expected labour income) dan non upah/ non gaji (expected income from
assets). Pendapatan permanen akan meningkat bila individu menilai kualitas
dirinya (human wealth) makin baik, mampu bersaing di pasar. Dengan keyakinan
tersebut ekspektasinya tentang pendapatan upah / gaji (expected labour income )
makin optimistik. Ekspektasi tentang pendapatan permanen juga akan meningkat
jika individu menilai kekayaannya (non-human wealth) meningkat. Sebab dengan
kondisi seperti itu pendapatan non upah (non-labour income) diperkirakan juga
meningkat, adanya perbedaan antara yang diharapkan dengan yang diterima adalah
adanya pendapatan tidak permanen, yang besarnya berubah – ubah. Pendapatan ini disebut
pendapatan transitori (transitory income).
Yd = Yp + Yt . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. .
Di mana :
Yd = pendapatan
disposabel saat ini, Yp = pendapatan
permanen
Yt = pendapatan transitori
4 Teori Pendapatan
Relatif
Teori
Pendapatan Relatif (Relative
Income Hypothesis), dikembangkan oleh James Duessenberry. Kendatipun
mengakui pengaruh dominan pendapatan terhadap konsumsi , teori ini lebih memperhatikan
aspek psikologis rumah tangga dalam menghadapi perubahan pendapatan. Dampak
perubahan pendapatan disposabel dalam jangka pendek akan berbeda dibanding
dalam jangka panjang. Terdapat Rachet Efek yaitu konsumsi tidak akan turun
mengikuti kurva jangka panjang pada saat pendapatan turun, namun jika
pendapatan naik konsumsi akan mengikuti kurva jangka panjang.
Faktor – faktor yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi
Banyak faktor yang mempengaruhi besarnya pengeluaran
konsumsi rumah tangga. Faktor-faktor tersebut dapat diklasifikasikan menjadi
tiga besar :
a. Faktor-faktor ekonomi
b. Faktor-faktor Demografi (Kependudukan)
c. Faktor-faktor Non-ekonomi
A.
Faktor-faktor Ekonomi
Empat
faktor ekonomi yang menentukan tingkat konsumsi adalah :
1.
Pendapatan rumah tangga ( household income )
2.
Kekayaan rumah tangga ( household wealth )
3. Jumlah barang-barang konsumsi tahan lama dalam
masyarakat
4. Tingkat bunga ( interest rate )
5.
Perkiraan tentang masa depan ( household expectation about the future )
6. Kebijakan pemerintah mengurangi ketimpangan distribusi
pendapatan.
Pendapatan
rumah tangga sangat besar pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi. Biasanya makin
baik ( tinggi ) tingkat pendapatan, tingkat konsumsi makin tinggi. Karena
ketika tingkat pendapatan menigkat, kemampuan rumah tangga untuk membeli aneka
kebutuhan konsumsi menjadi makin besar. Atau mungkin juga pola hidup makin
konsumtif, setidak-tidaknya semakin menuntut kualitas yang baik. Contoh yang
amat sederhana adalah jika pendapatan sang ayah masih sangat rendah, biasanya
beras yang dipilih untuk konsumsi juga beras kelas rendah/menengah.
2. Kekayaan Rumah Tangga ( Household Wealth )
Tercakup dalam pengertian kekayaan
rumah tangga adalah kekayaan riil ( misalnya, rumah,tanah dan mobil ) dan
financial ( deposito berjangka , saham , surat-surat berharga). Kekayaan-kekayaan tersebut dapat meningkatkan konsumsi ,
karena menambah pendapatan disposibel. Misalnya
bunga deposito yang diterima tiap bulan dan deviden yang diterima setiap
tahun menambah pendapatan rumah tangga.
3. Jumlah
Barang-barang Konsumsi Tahan Lama Dalam Masyarakat
Pengeluaran
konsumsi masyarakat juga dipengaruhi oleh jumlah barang-barang konsumsi tahan
lama ( consumers durables ). Pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi bisa
bersifat positif (menambah) dan negatif (mengurangi).
Barang-barang
tahan lama bisanya harganya mahal, yang untuk memperolehnya dibutuhkan waktu
untuk menabung. Apabila membelinya secara tunai, maka sebelum membeli harus
banyak menabung.
4. Tingkat
Bunga
Tingkat
bunga yang tinggi dapat mengurangi keinginan konsumsi, baik dilihat dari sisi
keluarga yang memiliki kelebihan uang maupun yang kekurangan uang. Dengan
tingkat bunga yang tinggi , maka biaya ekonomi dari kegiatan konsumsi akan
semakin mahal. Bagi mereka yang ingin mengonsumsi dengan berutang dahulu,
misalnya dengan maminjam dari bak atau menggunakan fasilitas kartu kredit,
biaya bunga semakin mahal, sehingga lebih baik mengurangi konsumsi. Tingkat
bunga yang tinggi menyebabkan menyimpan uang di bank terasa lebih menguntungkan
ketimbang dihabiskan utnuk konsumsi. Jika tingkat bunga lebih rendah yang
terjadi adalah sebaliknya.
5. Perkiraan
Tentang Masa Depan
Jika rumah
tangga memperkirakan masa depannya makin baik, mereka akan merasa lebih leluasa
untuk melakukan konsumsi. Karenanya pengeluaran konsumsi cenederung meningkat.
Faktor-faktor
internal yang dipergunakan untuk memperkirakan peospek masa depan rumah tanggga
antara lain adalah : apakah ayah dan ibu yakin akan mendapatkan pekerjaan?
Apakah karier dan gaji mereka akan meningkat ?.Sedangkan faktor-faktor
eksternal yang mempengaruhi prediksi rumah tangga tentang masa depannya antara
lain kondisi perekonomian domestik dan internasional , jenis-jenis dan arah
kebijakan ekonomi yang dijalankan pemerintah.
6. Kebijakan
Pemerintah Mengurangi Ketimpangan Distribusi Pendapatan
Telah
dikemukakan bahwa MPC pada kelompok masyarakat berpendapatan tinggi lebih
rendah dibanding MPC pada kelompok masyarakat yang berpendapatan rendah.
Keinginan pemerintah untuk untuk mengurangi ketimpangan dalam distribusi
pendapatan ternyata akan menyebabkan bertambahnya pengeluaran konsumsi
masyarakat secara keseluruhan.
B.
Faktor-faktor Demografi
Yang
tercakup dalam faktor-faktor kependudukan adalah jumlah dan komposisi penduduk.
1. Jumlah
Penduduk
Jumalah
penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi secara menyeluruh,
walaupun rata-rata per orang atau per keluarga relatif rendah. Misalnya ,
walaupun tingkat konsumsi rata-rata penduduk Indonesia lebih rendah daripada
penduduk Singapura , tetapi secara absolut tingkat pengeluaran konsumsi
Indonesia lebih besar daripada penduduk Singapura.. Sebab jumlah penduduk
Indonesia lima puluh satu kali lipat penduduk Singapura.
2. Komposisi
Penduduk
Komposisi
penduduk suatu negara dapat dilihat dari beberapa klasifikasi diantaranya : usia
( produktif dan tidak produktif ), pendidikan ( rendah,menengah,tinggi) dan
wilayah tinggal ( perkotaan dan pedesaan ).
C.
Faktor-faktor Non-Ekonomi
Faktor-faktor
non ekonomi yang paling berpengaruh terhadap basarnya konsumsi adalah faktor
sosial-budaya masyarakat. Misalnya saja, berubahnya pola kebiasaan makan ,
perubahan etika dan tata nilai karena ingin meniru kelompok masyarakat lain
yang dianggap lebih hebat. Tidak mengherankan bila ada rumah tangga yang
mengeluarkan uang ratusan juta , bahkan miliaran rupiah , hanya untuk membeli
rumah idaman.
Dalam
dunia nyata, sulit memilah-milah faktor apa mempengaruhi apa, sehingga
menyebabkan terjadinya perubahan/peningkatan konsumsi. Karena itu bisa saja
terjadi dalam kelompok masyarakat yang berpendapatan rendah yang memaksakan
untuk membeli barang-barang dan jasa yang sebenarnya tidak sesuai dengan
kemempuannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar